Menumbuhkan literasi membaca sejak dini |
Sering ya melihat pertengkaran netizen di media sosial? Komentar saling berdebat, saling beropini seolah-olah paling benar dan saling menghujat. Konyolnya, terkadang hal yang mereka komentari itu bukanlah hal yang mereka tau persis dan mereka juga bukan ahlinya ataupun pengamat ahli di bidang tersebut. Banyak orang salah beropini hanya karena tidak membaca berita dengan detil dan lengkap, ini akibat minimnya literasi baca.
Saya salut untuk kebebasan dan keberanian berpendapat orang-orang di media sosial saat ini. Tapi tentu saja sebaiknya itu diiringi dengan pengetahuan yang mumpuni, tidak terpicu emosi oleh berita hoax dan segala yang disampaikan itu bermanfaat. Tak sekedar minta panggung untuk menjadi viral atau menyerang "musuh". Jadi ketika ada berita viral, yang ribut justru pengikutnya atau para pembencinya orang yang diributkan justru tak bereaksi apa-apa.
Kenapa demikian? Salah satu hal kunci penyebab netizen kerap kali membuat opini yang memancing keributan adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran membaca dengan detil berbagai berita yang mereka dapatkan. Kadang hanya membaca judul atau paragraf pertama saja sudah terprovokasi. Padahal, judul kadang hanya digunakan untuk memancing pembaca untuk membuka berita tersebut secara utuh. Judul bisa memancing pendapat tersendiri yang memancing keributan di media sosial.
Gemar atau tidak gemar membaca, ternyata ke depannya efeknya sebesar itu bagi karakter anak kita, ibu-ibu. Makin hari makin banyak orang yang kurang literasi, kadang hanya membaca judul sudah menyimpulkan sesuatu dan beropini. Bisa jadi itu adalah rintisan sejak kecil yang memang tak suka membaca, tak suka dunia literasi. Yang ketika melakukan banyak hal, hanya ingin kesimpulannya saja tanpa tau awal mula dan berita penunjang lainnya. Apa jadinya jika generasi milenial makin banyak yang begini? Indonesia bisa jadi miskin literasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti literasi tak hanya perihal membaca dan menulis.
Literasi menurut KBBI |
Suatu ketika pernah saya mendapat titipan buku dari teman dermawan. Buku cerita bergambar untuk anak usia balita untuk dibagikan ke anak-anak yang dhuafa yang orang tuanya kesulitan membeli buku. Awalnya saya kira semua orang tua akan senang menerima buku, tapi ternyata ada yang menolak. Katanya, anaknya belum bisa baca, saya cukup tersentak kaget. Karena dari awal pun saya tentu tau segmen buku bergambar ini, memang untuk anak yang belum bisa membaca, mereka tidak perlu harus bisa membaca dulu melainkan dibacakan, kitalah yang membacakan dan memperlihatkan gambar agar anak berimajinasi dengan gambar itu melalui cerita yang kita ceritakan sekaligus belajar bahasa ibu dari bagaimana cara kita bercerita. Bahkan kini banyak ibu menerapkan cara baca dengan membaca nyaring.
Ya, mengenalkan bahasa ibu dengan baik kerap terlewatkan dalam fase pertumbuhan anak. Saya sedih tentu saja, tapi saya tidak bisa memaksa. Karena tentu kita tidak tau bagaimana kesibukan para orang tua di rumah masing-masing, mungkin ada banyak urusan lain yang jauh lebih darurat ketimbang membaca buku. Bagaimana cara orang tua mengatasi perilaku anak yang mungkin tak suka buku cerita atau dongeng. Itulah yang kadang membuat momen dibacakan cerita ini terlewat pada fase masa kecil anak. Padahal membacakan cerita ini tak sekedar mengajari anak, tapi mengenalkan anak pada bahasa ibu juga sangat penting untuk memperkuat bonding dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dari ibu kepada anaknya.
Jika menilik ke kebutuhan dasar, mendapatkan pendidikan sejak dini adalah HAK ANAK, baik itu pendidikan keterampilan, membaca, menulis, segala kemampuan motorik dan sensorik termasuk didalam hak anak. Bahkan Undang-undang di negara kita sudah menetapkan itu sejak lama.
Dalam UU 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab 3 pasal 4 butir 3, 4, 5, sebagai berikut:
3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
Dari Undang-undang ini pemerintah telah menyebutkan begitu pentingnya budaya literasi bagi seluruh elemen masyarakat dan yang namanya proses belajar itu berlangsung sepanjang hayat. Tugas kita orang tua adalah memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas. Tak hanya mengandalkan guru pengajar saja. Apalagi di masa pandemi saat anak harus belajar di rumah saja. Peran kita sangat besar dalam memberikan hak anak yang satu ini hingga negara pun memberi perlindungan hak anak melalui undang-undang agar anak mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang baik, tentu saja membaca atau membacakan cerita termasuk di dalam hak yang diterima anak.
Ya bagaimana lagi? Harga buku anak itu tidak murah. Apalagi buku bergambar dengan kualitas yang bagus, terkadang harus berpikir dulu membelinya. Lalu setelah dibacakan anak, beberapa kali saja anak sudah bosan dan meminta cerita yang lain lagi. Mengajari anak suka membaca sepertinya butuh dana yang tak sedikit.
Pernah mendengar kalimat di atas dikeluhkan orang tua? Bukan hanya pernah, saya termasuk yang memikirkan hal itu juga. Tapi nyatanya, membiasakan budaya membaca tak harus membeli buku. Meskipun memang buku berbentuk fisik pun tak kalah bagus untuk membiasakan anak menyayangi buku dan tertarik pada buku. Tapi terkadang dinamisnya anak-anak pada buku membuat buku bisa cepat rusak, terutama anak usia dini. Juga kebutuhan akan isi cerita yang harus terus berubah kadang tak terkejar untuk sering membeli buku. Mengajari anak lewat majalah atau koran yang lebih murah pun kadang anak tak suka karena gambarnya mungkin kurang menarik.
Mengajari lewat youtube kadang tak selalu mulus, butuh kuota streaming yang besar dan anak cenderung hanya mengikuti bahasa youtube, bukan mengenal bahasa ibu, sangat berbeda. Saya sangat memahami ini karena saya pun memiliki 3 anak yang sejak kecil saya kenalkan dengan buku bergambar, juga youtube dan media lain seperti mengajak ke perpustakaan dan media digital. Lalu solusi untuk mengenalkan literasi ini bagaimana yang lebih praktis dan murah?
Mengenalkan budaya membaca lebih mudah dengan Let's Read
Untuk ibu-ibu yang mengenalkan membaca pada anak sejak dini, yang suka membacakan cerita, mendongeng, atau membaca nyaring. Mari berkenalan dengan aplikasi Let's read sebagai salah satu cara mudah mencegah Indonesia mengalami darurat literasi baca tulis dan menumbuhkan gemar membaca pada anak.
Let's Read akhirnya banyak dipilih oleh para ibu sebagai teman membaca cerita untuk anak-anaknya karena semua koleksinya bergambar dan berwarna yang tentu saja gambarnya menarik bagi anak-anak. Ceritanya bisa diunduh, bisa dicetak, multibahasa (termasuk bahasa daerah), muatan dari aplikasi ini lokal namun tetap berkualitas global, serta tentu saja gratis! Seperti harapan para orang tua yang ingin sekali menanamkan literasi sejak dini. Keren sekali, ya.
Bagaimana bisa cerita bergambar menghidupkan sebuah kisah dongeng hingga menarik perhatian anak?
Tentu saja bisa. Caranya dengan melalui kita sebagai orang tua yang membacakan untuknya, kita membacanya dengan nyaring, penuh ekspresi dan suara yang meyakinkan dengan menggunakan bahasa ibu. Kita bersama gambar-gambar itu berperan besar membuatnya tampak hidup. Tampak nyata terjadi disekitar kita. Bahkan jika anak sudah bisa membaca, anak pasti senang jika kita mampu mewujudkan cerita didalamnya dengan bahasa ibu yang mereka lebih pahami. Naik turun suara, gerak gerik tangan, mimik muka, hanya orang tua yang mampu mengerti alur menegangkan bagi anak sambil menyisipkan nilai-nilai moral positif didalam cerita tersebut. Kita sebagai orang tua mampu menambah mengurangi kalimat dalam cerita sesuai kebutuhan anak.
Let's read |
Kehadiran Let's Read ini awalnya diluncurkan oleh Books for Asia dari The Asia Foundation yang bertujuan menumbuhkan para pembaca cilik di skala wilayah Asia, jadi dari tujuan awalnya saja memang fokus untuk edukasi dan kebiasaan membaca. Let's Read fokus pada bahasa daerah dan konten lokal yang dikembangkan melalui lokakarya melalui kerja sama dengan para pakar buku anak setempat. Terbayang enggak, dalam cerita-cerita di let's read ini ada bahasa Jawa, Batak, Bali, Sunda, dan juga bahasa dalam berbagai negara di Asia, seperti Bahasa Filipino, Tagalog, Malay, Tieng Viet, dan berbagai bahasa lainnya. Betapa seriusnya penyedia aplikasi ini memfasilitasi semua ibu di seluruh Asia agar mudah menanamkan literasi dan bahasa ibu. Betapa bahasa ibu sangat penting dan berpengaruh untuk menumbuhkan gemar membaca pada anak. Bahasa ibu mampu mewujudkan suasana membaca menyenangkan.
Apa saja cerita yang bisa dibacakan dari Let's Read?
Let's read tak hanya memfasilitasi dengan berbagai bahasa di Asia, tapi juga memahami kebutuhan ibu dan anak yang mempunyai ketertarikan berbeda sesuai kondisi anak. Tak hanya sekedar cerita dongeng tapi berisi pengetahuan. Di dalam let's read ada cerita tentang kepahlawanan, seni dan musik, petualangan, ilmu pengetahuan, non fiksi, alam, kesehatan, cerita lucu, dan berbagai jenis cerita lain sesuai tema yang disukai anak.
Let's read, mendongeng untuk anak |
Anak disini, tak terbatas anak usia dini saja. Cerita yang disediakan let's read menjangkau empat level anak. Yaitu yang baru mengenal buku (first book), level 1, level 2, level 3. Nah ibu-ibu yang baru mengunduh let's read dan punya beberapa anak usia kecil bisa menyesuaikan dengan usia anaknya.
Berbagi pengalaman membaca dengan Let's Read
Suatu hari saya pernah membacakan anak saya seri cerita tentang pengetahuan untuk pembaca level 1 dengan Bahasa Indonesia. Judul ceritanya adalah "Anak Ayam dan anak Itik". Konsep cerita ini sangat sederhana, tentang anak ayam dan anak itik yang bersahabat.
Dalam cerita tersebut, ada persahabatan yang manis antara dua hewan berbeda jenis, tentu saja ini juga real karena kita manusia pun berteman baik dengan orang lain dari suku yang berbeda. Lalu keluarlah ilmu pengetahuan tentang bagaimana anak ayam bisa mencari dan mematuk cacing, sedangkan anak itik menangis karena tidak bisa melakukan itu. Lalu anak itik yang bisa berenang karena kakinya berselaput, sementara anak ayam tak bisa berenang lalu anak ayam menangis karena hampir tenggelam. Tapi mereka saling menolong dan bersahabat dengan bahagia dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka.
Ah bagi saya kisah ini selain berisi pengetahuan, juga sangat menyentuh. Saya dengan bangga menceritakan ini ke anak saya, dan anak-anak saya pun menyukainya. Penulis cerita ini bernama Durga Lal Shresta adalah pujangga Nepal yang terkenal, sehingga bahasanya pun sangat nyaman dicerna oleh anak-anak dan kita yang membacakan. Cerita singkat ini masuk dalam kategori cerita anak non fiksi, ilmu pengetahuan, binatang, alam, keluarga dan persahabatan. Sungguh cerita yang berkualitas menurut saya.
Anak ayam dan anak itik - Let's read |
Cerita ini bisa di unduh dan dicetak menjadi booklet jika kita membutuhkannya. Namun saya pribadi jarang mencetak karena berusaha untuk mengurangi sampah kertas, saya suka mengunduhnya berupa pdf saja. Tapi jika anak saya benar-benar menginginkannya, misalnya anak saya yang kelas 1 SD ingin membacanya sendiri melalui buku, maka tentu saya akan mencetaknya. Tapi jika si bungsu yang masih TK dan yang SD kelas 1 ini hanya ingin saya membacakannya dengan nyaring, itu tentu memudahkan saya juga. Sepraktis itu menghidupkan minat baca pada anak.
Selain membacakan cerita dengan nyaring dan dengan bahasa saya sendiri, saya pun selalu menerapkan pembacaan cerita dengan detil. Tak mau sebatas judul dan awal langsung ke akhir cerita. Saya membiasakan anak untuk tau sebab dan akibat suatu kejadian. Membiasakan anak agar tidak darurat literasi baca tulis di kemudian hari.
Saya pun tidak memilih saat mau tidur untuk membacakan cerita. Tapi kapan saja saat saya tidak ada pekerjaan yang darurat maka saya akan memilih membacakan cerita, karena membaca menyenangkan juga bagi saya. Atau bisa juga disaat anak sedang sangat bersemangat menerima edukasi, saat seperti ini biasanya hanya para orang tua yang tau kapan waktunya. Saat anak sedang ingin bermain dan nyaman diajak berdiskusi maka saat itu adalah golden time untuk mengisinya dengan membacakan cerita edukasi dengan bahasa ibu.
Let's read |
Jadi kenapa harus mengunduh aplikasi Let's read untuk menunjang kegiatan membacakan cerita?
- Mudah dan praktis dibawa kemana saja
- Beragam cerita dengan berbagai genre sesuai minat anak
- Isi ceritanya edukatif dan bermutu
- Tersedia untuk berbagai usia anak
- Tersedia berbagai macam bahasa negara hingga bahasa daerah lokal
- Bisa diunduh dan dicetak dengan berwarna
- GRATIS
kalo ada aplikasi let's read gini, gapapa deh ya anak-anak ada screen time beberapa menit aja dalam sehari untuk membaca dongeng ataupun cerita yang ada di dalamnya
ReplyDeletepenting banget menumbuhkan literasi membaca buat si kecil apalagi dari sejak kecil harus sudah diajarin buat suka gemar membaca seperti ini
ReplyDeleteIya bener banget, terkadang sebagai orang tua tuh menyerah duluan kan ya biasanya "Anakku nggak bisa baca atau anakku nggak suka baca". Padahal perihal menyukai sesuatu hal perlu pembiasaan yang akhirnya menjadi kebiasaan. Sepertinya aplikasi Lets read ini sangat mmebantu memudahkan para ibu-ibu ya, jadi penasaran sama aplikasinya.
ReplyDeleteAku juga download Let's Read soale banyak ratusan cerita anak-anak yang menginspirasi terus ada puluhan bahasa pula jadi anak-anak bisa sekaligus belajar deh.
ReplyDeleteKegiatan membaca bareng anak memang kesempatan mempererat bonding kita ya mbak...anak bakal happy dan terbiasa mencintai buku sejak dini..
ReplyDeleteTernyata aplikasi Let's Read ini buatan dari The Asia Foundation, pantas saja dari isinya bisa begitu kompleks dan grafiknya kece ey, banyak ragam cerita yang bisa didapatkan terutama untuk membiasakan minat baca pada anak sebagai pendekatan awal ya
ReplyDeleteAnak2 niscaya bakal demen dgn proses literasi ala Let's Read ini ya Mba
ReplyDeleteKarena memang FUN banget siikk
ortu jg suka
Saya suka bacain buku cerita ke anak menjelang tidur. Dan selama ini bacaannya itu-itu saja, jadi bosan juga bacanya. Naah, ada Let's read ini membantu bangeet dah, jadi saya punya referensi bacaan. Cuss, ini langsung donlot
ReplyDeleteSetuju!
ReplyDeleteKegiatan membaca bareng buah hati bagai investasi.
Manfaatnya akan dipetik di kemudian hari.
Ada ikatan yang sukar digambarkan namun bisa dirasakan!
Saya sudah install Mbak, cuma belum sempet digunakan. Anak-anak membutuhkan asupan wawasan dari apapun yang baik, termasuk dongeng ya Mbak.
ReplyDeleteDengan dongen kita mampu menerjemahkan apa yang ingin kita nasehatkan juga ke anak. Let's Read sebagai aolikasi digital sangat membantu orang tua untuk mengenalkan banyak hal ya ke anak, dan bisa menambah cerita atau dongeng untuk dibacakan bersama degnan anak
wah asuk yaa aplikasinya. jd anak pegang gadget tp gak hanya mainan yaa. bisa untuk meningkatkan literasinya jg dengan let's read ini
ReplyDeletewah asik yaa aplikasinya. jd anak pegang gadget tp gak hanya mainan yaa. bisa untuk meningkatkan literasinya jg dengan let's read ini
ReplyDeleteAku juga sedang mengajarkan gemar membaca biar nanti kalau nemu apa-apa ya baca dulu, gak pakai nyerocos sampai bikin perdebatan. Padahal baru baca judul aja. Asli, gak lucu banget sih. Bersyukur sekarang ada Let's Read
ReplyDeleteSaya ingat, waktu anak-anakku masih kecil, kegiatan membaca adalah kegiatan yang paling menyenangkan. Bahagia rasanya setiap kali ada yang bertanya.
ReplyDeleteEh, itu si kancil berani amat, pakai apa dia ya ma melawan si buaya?
Alhamdulillah, sekarang zaman berubah. Ada aplikasi yang bisa membantu anak agar bisa membaca dengan baik.
Tidak sekedar pegang gawai, nonton youtube yang kadang suka nongol iklannya yang kurang mendidik.
Memang baik jika kita bisa mengenalkan indahnya dan serunya membaca sejak dini ya mba. Dan anak - anak pasti suka juga yaa
ReplyDeleteSetuju mba dengan pendapatmu bahwa rendahnya literasi memang berawal dari kebiasaan minim baca sejak kecil. Prihatin banget dengan hal ini. Makanya senang dong ketika ada teknologi kekinian yang bantu kita untuk menumbuhkan minat baca pada anak. Anak yang dari sejak dini sudah familiar dengan gadget bisa kita arahkan untuk gemar membaca melalui app Let's Read yang antar mukanya menarik ini.
ReplyDeleteAplikasi Let's Read ini bisa jadi solusi bagi ibu2 untuk mengajari dan melatih membaca bagi anak sedari kecil. selain banyaknya cerita anak2 yang disediakan, aplikasi let's read menawarkan sesuatu hal yang tak bisa ditawarkan oleh buku fisik cerita anak lainnya, salah satunya tentu saja soal biaya.
ReplyDeleteIya, memang benar sekali harga buku anak2 itu entah kenapa harganya mahal sekali, entah karena efek hard kover yg membuat harga semakin mahal atau bisa juga efek eksklusivitas dari buku itu sendiri.
Belum lagi dengan banyaknya buku cerita anak2, makanya tidak heran jika banyak dari ibu2 yg ikut arisan buku bacaan anak2. Harganya lumayan, semisal satu paket buku isi 8 buku, harganya bisa di atas satu juta rupiah.
Harganya sungguh aduhai betul.
Beruntung, dengan adanya let's read bisa menajdi solusi untuk menyediakan bacaan untuk anak sekaligus mengenalkan dunia literasi kepada anak sedari dini.
betul juga ya mba, aplikasi ini selain bisa menambah cerita ke anak dan imajinasi karena ada gambarnya tapi intinya bisa melatih kemampuan literasi anak sedari dini,,,
ReplyDeleteSemakin berkembangnya jaman, aplikasi untuk anak-anak itu banyak dari Youtube khusus anak, eh sekarang ada aplikasi diproritaskan agar anak bisa memulai membaca sejak dini...
ReplyDeleteSaya rekomendasikan ke sepupu iya, terimakasih informasi nya kak.
Asiiiik adanya aplikasi let's read memudahkan dalam mengajarkan literasi sama anak. Apalagi cerita nya yang menarik. Mudah dibawa kemana - mana. Simpel anak pun jadi senang dapet dongeng bacaan yey
ReplyDeleteWaaw...ternyata tetap bisa di cetak yaa..
ReplyDeleteJadi gak selamanya pakai gadget.
Jangan khawatir, anak-anak bisa tetap memegang buku fisik.
Canggih~
Waaw...ternyata tetap bisa di cetak yaa..
ReplyDeleteJadi gak selamanya pakai gadget.
Jangan khawatir, anak-anak bisa tetap memegang buku fisik.
Canggih~
Anak-anak akan sangat terbantu banget ya mba dengan Lets Read ini dan bisa menumbuhkan semangat baca sejak dini.. Bagus sih. saya sudah install juga buat anak2 di rumah dan semua suka
ReplyDeleteSeneng deh kenalan sama Lets Read ini. Selain bisa dibacain ke anak, saya jadi punya materi podcast juga yang khusus reading aloud
ReplyDeleteTeman-temanku lagi rame nih ngebahas aplikasi Let's Read. Soalnya usia anak-anak kami memang sepantaran, lagi pada masa-masanya belajar baca. Aku sih percaya dengan membacakan cerita atau dongeng, bisa memotivasi anak untuk lebih semangat lagi belajar bacanya. Dan ini aplikasinya keren banget, ya, bisa diakses di seluruh Asia.
ReplyDeleteWah so cool ya Mbak Ruli bisa memanfaatkan produk teknologi spt aplikasi Let's Read ini, PR utk membuat anak-anak suka membaca sejak dini mendapatkan solusi yang jitu. Membiasakan anak utk gemar membaca dengan cara yang santuy
ReplyDeleteSaya sudah download aplikasi Let's Read ini untuk anak saya dan beneran anak saya suka banget, selain setiap halaman ada gambarnya pun ceritanya bisa dipahami si anak
ReplyDeletejadi lebih asyik ya
ReplyDeletedongengnya bisa lewat hape
bisa banget mencegah anak untuk nggak kecanduan youtube
aku seneng liat sekarang ini akses baca mulai dipermudah ya, Mbak. Ada banyak bacaan digital, thanks to Let's Read. Perpustakaan juga semakin nyaman. Aku sih optimis ke depannya akan semakin banyak anak-anak yang gemar membaca jadinya.
ReplyDeleteMenumbuhkan semangat literasi ini memang gak mudah.
ReplyDeleteYa, dimulai dari orangtuanya dahulu. Lalu beralih ke lingkungannya dan semoga menjadi kebiasaan untuk anak-anak kelak.
Skuuy, baca di Let's Read.
Saya kenal Let's Read cukup lama,sekira lima tahun lalu. Buku-bukunya berkualitas karena seleksi naskah dan proses menulisnya pun amat ketat. Semoga makin banyak anak yang membaca buku-buku Let's read agar pikiran dan kesadarannya menjadi lebih berkembang
ReplyDeleteMeski baru mengenal dunia baca thaun 2011, tapi aku nggak pernah merasa terlambat.
ReplyDeleteLets read ini bikin aku hepi banget mba Ruli. Banyak bacaan anak yang kusukai.
Mbaaak, aplikasinya bagus banget ini. Mau saya downloadin buat adik2 sepupu juga nih.
ReplyDeleteWah aplikasinya keren neh, memang sudah seharusnya dunia literasi harus beradaptasi agar tidak ditinggalkan para pembacanya.
ReplyDeleteAku juga udah download apk ini buat adikku yang masih kecil dan sangat suka karna ceritanya ada gambar"nya
ReplyDeleteSepakat banget mbak. Literasi baca tulis itu diajarkan sejak dini. Bukan oleh sekolah saja, tapi juga oleh orang tua. Dan salah satu caranya ya dengan membaca dongeng atau buku. Saya di rumah juga pakai aplikasi lets read lho
ReplyDelete