Kuat bersama di tahun 2020 |
Tak mau kulewatkan tahun 2020 ini begitu saja. Tahun yang penuh perjuangan untuk bertahan hidup. Tahun kematian bagi jutaan jiwa dan tahun keselamatan bagi puluhan ribu lainnya yang masih diberi kesempatan hidup oleh Sang Khalik.
Bagi sebagian kalangan, bertahan hidup dari kerasnya dunia, dari sulitnya mendapatkan sesuap nasi, bertahan hidup tanpa lapar saja rasanya sudah alhamdulillah. Jadi tantangan hadirnya penyakit Corona di tahun 2020 ini dirasa biasa saja. Mereka cenderung lebih santai dan berusaha menjalani hidup secara biasa. Ada pula yang merasa tantangan hidup makin berat karena di PHK atau usaha kecilnya akhirnya pailit. Saat pendemi covid ini, Semua bidang usaha memutar otak untuk mempertahankan eksistensinya.
Bagiku yang sehari-harinya tidak memiliki ujian hidup yang terlalu berat, tahun ini rasanya nano-nano sekali. Yang awalnya ini semua diduga hanya berlangsung beberapa bulan, kini pandemi covid-19 telah berlangsung nyaris setahun. Anak-anak sudah tidak bersekolah selama 10 bulan. So stuck, boring, jenuh, stres, bingung, itu semua jadi satu di masa Stay at home. Apalagi ketika aku menulis ini, anak-anak sedang dalam kondisi libur semester, saat bingung mau bermain apa karena hampir semua permainan telah dicoba dan mau main sama teman-teman pun dibatasi, bingung.
Aku bersyukur karena anakku terlahir dalam jumlah 3 orang dan usia yang tak terlalu jauh. Sehingga mereka masih bisa berteman dan main bareng. Meski kadang tetap saja ribut setiap hari itu pasti terjadi. Tak apa daripada main sendirian. Dan yeah.. budget untuk beli mainan dan jajan sepertinya sudah meningkat juga seiring kebutuhan anak-anak pada mainan di rumah yang kadang mencapai titik jenuh luar biasa.
Banyak perilaku anakku yang berubah karena dia agak stres terlalu lama di rumah. Dari bangun pagi yang agak lalai karena setelah solat subuh tidur lagi, hingga sering membantah atau berteriak jika mengekspresikan kemarahan. Kadang aku tak selalu ramah, bisa juga aku meresponnya dengan marah atau menangis. Tak bisa kupungkiri. Aku dan mereka berada dalam level jenuh dan stres dalam kondisi pandemi ini. Semua tak lagi seperti dulu. Tapi aku dan suami bisa apa? Kadang kami sengaja biarkan anak-anak meluapkan emosi dengan cara yang mereka sukai. Sekedar mengurangi beban di hati mereka agar tak banyak tertekan karena di kurung di rumah.
Kami jalan-jalan keliling kota sesering kami bisa agar pandangan mata tak terkekang dalam sudut-sudut rumah saja. Mencari depot makan sesepi mungkin lalu makan dengan hati-hati, semprot sana sini sebelum duduk dan menyentuh. Ke mall disaat mall baru buka agar segala hal masih steril dan belum ramai, Hanya itu yang kami bisa.
Saat kami makan bersama di luar |
Tugas harianku kini makin berat, karena kami tak lagi memakai jasa asisten rumah tangga (ART). Dulu kami mempekerjaan ART yang kerjanya hanya setengah hari lalu pulang. Kondisi pandemi membuat kami harus menghentikan itu, karena khawatir masalah social distancing ini. Alhasil, kerjaan rumah menumpuk tajam, akupun harus mengawasi 3 anakku setiap pagi sekolah online. Kadang ada yang zoomnya bersamaan, setor hafalan bersamaan, sering banget aku gak mandi sampai sore sampai benar-benar sekolah anak selesai dan mereka makan siang, lanjut semua tidur siang barulah aku bisa mandi dan agak santai.
Selama pandemi hp ku pernah rusak seminggu. Karena tempat chargernya kebakar, akibat sering ku charge sambil dipakai. Kadang sambil nge-zoom kadang sambil bikin video tugas anak. Kadang aku juga ngezoom menghadiri event blogger. Nah zoom ini sangat memakan batre, jadi cepat habis. Belum lagi kuotanya, biasanya setiap bulan aku cukup 30 GB, malah kadang hangus karena kelebihan. Sekarang 30GB itu hanya bertahan 2-3 minggu. Banyak materi yang disampaikan lewat zoom, youtube hingga video yang diunduh dalam kapasitas besar. Belajar di masa pandemi benar-benar perjuangan bagi orang tua dan para guru. Baik perjuangan tenaga, pikiran dan juga uang.
Tapi aku tidak mau mengeluh, bagaimanapun, kami sangat beruntung karena tinggal di kota dan sekolah mampu mengikuti perkembangan teknologi. Gurunya antusias dan orang tua mampu mengikuti karena memiliki gadget yang memadai. Terbayang mereka anak-anak yang tinggalnya di pelosok, terbayang mereka yang tak mampu memiliki gadget, terbayang mereka yang guru-gurunya pun hanya memiliki kuota terbatas untuk membuat konten pembelajaran. Bagiku, kondisi sekolah anakku saat ini sangat aku syukuri. Meski nilai terkesan kurang riil karena banyak bantuan dari orang tua, tapi yang terpenting anak-anak tetap belajar lancar.
Pengalaman pertama penilaian tengah semester (PTS) dan penilaian akhir semester (PAS) bagi anak keduaku, Qowiy. Kalau anak pertama sudah mengalami ujian semester di tahun ajaran sebelumnya, jadi semester ini Qorira tidak kaget lagi. Anak bungsuku masih TK, jadi ujiannya hanya kegiatan ringan saja via online. Tapi bagi anak keduaku yang kelas 1, ini adalah PTS dan PAS pertamanya. Dia saja masih belum mengerti ujian itu apa dan untuk apa harus ujian. Tapi alhamdulillah, dia bisa mengikutinya dengan baik. Ujian menggunakan kertas soal, namun zoom tetap online. Jadi keliatan mengerjakan sendiri tanpa dibantu. Sedangkan Qorira yang kelas 5, ujian full melalui media online melalui google doc dan zoom dalam keadaan online. Ini juga tantangan, karena ujiannya bersamaan jadi anakku online zoom secara bergantian. Anak keduaku, Qowiy ujian duluan karena dia cenderung lebih cepat selesai, lalu kakaknya online karena ujiannya lebih rumit dan lama. Syukurnya semua guru memaklumi anak-anakku ujiannya gantian.
Saat Qowiy ujian di awasi secara online |
Aku mengumpulkan jawaban ke sekolah tanpa membantu apapun. Aku mengajarkan anakku untuk selalu jujur. Padahal kalau aku mau edit jawabannya bisa banget, bisa langsung dapat nilai A semua. Tapi justru di masa seperti ini, kejujuran orang tua dan anak diuji. Aku enggak mau anakku dari kelas 1 diajari tidak jujur. Lebih baik nilai apa adanya. Aku cukup mendampingi saat ujian jika ada pertanyaan yang dia tidak paham. Aku mengarahkan dia berpikir ke jawaban tanpa harus memberi tahu jawabannya apa. Cukup sebatas itu. Jadi jika tetap salah, ya udah salah. Terima apa adanya. Bagiku menanamkan kejujuran ini adalah aset masa depan ketimbang nilai sempurna. Cuma alhamdulillahnya, nilai rapot anak-anak lumayan banyak nilai A nya. Ada beberapa nilai B, dan ada C juga. Hahaha.. gapapa kok.. its okay to not be perfect.
Ah iya, semua anggota keluarga telah hapal protokol kesehatan jika kami harus keluar rumah. Sebuah hal positif meski akhirnya cucian baju makin banyak karena semua pakaian hanya bisa sekali pakai. Anak-anak rajin mencuci tangan dan kaki tak lupa menyemprot segala paket yang datang ke rumah. Suami yang tak lagi work from home, makin rajin olahraga sepeda untuk menjaga imun karena beliaulah yang tak mungkin bisa dicegah aktivitasnya di luar rumah. Bekerja, bertemu rekan kerja, klien kantor, meeting, dan posisinya di bidang keuangan kadang memaksa harus bertemu orang bank dan orang pajak dan orang-orang lainnya di luar. Kewajiban sebagai muslim juga akhirnya membuat suami harus terus solat jumat meski korban covid makin meningkat jumlahnya. Akhirnya suami mau jumatan di mesjid yang ketat menerapkan protokol kesehatan (prokes). Kesibukannya olahraga bersepeda juga akhirnya di tahun 2020 ini berat badan suamiku berhasil turun lebih dari 10kg, sungguh ini suatu hikmah yang sangat disyukuri meskipun sebenarnya aku sering komplain karena perkakas sepeda itu harganya lumanyun semua. Hahaha..
Tak hanya hal berat, Hal positif lainnya yang aku dapatkan dari pandemi sangat banyak, melebihi segala hal berat yang ku tulis di atas tadi.
- Aku jadi punya kesempatan mengajari anakku banyak hal yang biasanya diajarkan guru di sekolah. Bagiku ini kesempatan mendapat banyak pahala dan benar-benar menjadikanku sebagai madrasah pertama anak-anakku. Semua mungkin enggak akan terjadi jika pandemi ini tidak datang. Bagaimanapun ini ladang pahala luar biasa.
- Karena banyak event blogger yang diadakan online, maka blogger daerah punya kesempatan yang sama untuk hadir, padahal dulunya kami sering cemburu sama blogger di pulau jawa karena banyak menghadiri event, tapi kali ini dapat kesempatan hadir juga. Selama pandemi aku banyak hadir di event blogger melalui zoom dan banyak mengumpulkan sertifikat keikut sertaan di acara-acara keren.
- Jadi lebih aware pada kebersihan dan kesehatan. Berusaha lebih gigih menjaga imun, berusaha hidup lebih baik, olahraga dan memanfaatkan banyak kesempatan untuk menunjang kesehatan. Dan itu berlaku ke semua anggota keluarga.
- Lebih mendekat kepada Allah, karena dari semua upaya tadi, tetap kepada Allah tempat bertumpu, tempat menaruh harapan hidup. Dan bersyukur masih dikumpulkan bersama keluarga besar hingga saat ini dalam keadaan sehat walafiat. Mudah-mudahan bisa terus sehat bahkan hingga pandemi usai.
- Hemat, ya karena tak boleh kemana-mana, kami sekeluarga jadi lebih hemat. Yang awalnya sempat ingin ke Bali sekeluarga jadi kami batalkan, karena hingga akhir tahun pandemi belum juga usai. Dengan berhemat jadi bisa fokus ke hal lain, renovasi rumah, nabung buat sekolah anak, perbanyak donasi dan sebagainya. Masya allah..
- Akhirnya, aku daftar S2. Berapa kali aku gagal daftar kuliah S2, tapi aku tetep gak mau ambil S2 kalo kampusnya bukan kampus favorit. Alhamdulillah, hikmah pandemi, kampus aku kuliah dulu ITS Surabaya yang saat ini berada di peringkat 4 kampus terbaik di Indonesia, akhirnya membuka kelas jarak jauh. Masya Allah, kalau bukan pandemi, gak mungkin kampus ini buka kelas online. Aku tak berpikir lama langsung daftar aja. Dan saat ini sedang ujian masuk. Doain aku diterima ya. Kalau sudah diterima, aku memang berencana untuk rehat dari dunia persilatan blogger dan influencer. Yaa.. mengurangi lah, kecuali kalau tidak bentrok dengan kuliah, baru aku akan ngeblog. Aku gak mau sia-siakan kesempatan kuliah S2 yang lama aku nantikan ini.
Ya, semoga 2021 ini jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Sukses selalu buat Mbak.
ReplyDeleteWah aku kepo kenapa ga jadi berangkat ke Australia mba? Hiks. Aku dlu juga mau coba daftar ke ausy,tp suami ga setuju. Akhirnya ambil s2 di dalam negeri aja. Mantap lho smpe ketrima di monash university
ReplyDeletesemogaaaa 2021 diisi dgn petualangan2 indah dan mengasyikkan ya
ReplyDeletesemangaatt untuk kita semua
memang 2020 itu banyak hal yg tampak buruk, tapi sejatinya tetep menyenangkan ya
2020 tahunnya keluarga ya Mbak. Berkat pandemi anak2 jadi lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan bonding dg orangtuanya.
ReplyDeleteSabar mbak.....
ReplyDeleteDoakan saja, semoga mrs Corona cepat lenyap. Agar ekonomi kembali normal. Dan aktivitas kita kembali lancar.
Tahun 2020 memanglah sangat luar biasa. Stress beban kerja yg makin meningkat bahkan rapat tengah malampun hajar demi bertahannya sebuah perusahaan tempat saya nyari rejeki.
ReplyDeleteBiasanya Sabtu-Minggu bisa lebih santai, di saat pandemi tidak ada Sabtu-Minggu, semuanya hari Senin.
Duh terimakasih 2020.
Selamat, kak Rulii..
ReplyDeleteSemoga lancar kuliah S2nya.
Oh...kak Rul dari ITS.
Hihii..masku ngajar di ITS Jurusan Tekfis.
Tapi akunya dari kampus sebelah ITS, ehehehe...
Dulu hobi banget ngeceng cowo-cowo ITS dan paling rajin les di UPT Bahasa ITS.
Semua kelas bahasa aku ambil. Jadi, keknya aku salah masuk jurusan apa yhaa..?
Semoga kak Ruli mendapatkan pilihan dan jalan hidup terbaik.
Love yuu, kak Ruli.
tantangan 2020 berhasil dilewati dengan penuh kebanggan ya kak. berharp 2021 juga bisa dilewati dengan kebahagiaan. Kita kudu memberi apresiasi ama diri sendiri karena sukses melewati semuanya ya
ReplyDeleteTahun 2020 memang luar biasa ya Mbak. Banyak persamaannya nih, terutama yang kadang gak mandi-mandi sampe siang karena nemenin anak2 PJJ dan ngerjain urusan RT, hahaha..
ReplyDeleteMemang disamping banyak kesulitan banyakkk pula hikmahnya, ya :)
Dear Mbak Retno,
ReplyDeleteueueueueueue aku jadi pengin peluk, tapi peluk dari jauh aja yak hihihi. Salut bangeeeeet selain kesibukan sehari2 masih menyempatkan waktu untuk mimpi2, ah selamat juga bisa kuliah lagi jarak jauuuh. Kalau yang cerita mendaftar s2 di sebelum2nya apakah ditulis di blog ini kak? Mau mampir dooonk. Semoga 2021 ini gemilang dan diberkahi banyak rezeki ya Mbak
Tahun 2020 emang luar biasa banget ya, bener-bener luar biasa. Seneng banget neh, bisa lanjut S2 walau jarak jauh. Moga lancar ya Mbak
ReplyDeleteMasyaAllah bangga luar biasa aku padamu mba Ruli, dapet beasiswa yang keren banget.
ReplyDeleteJadi ingat kuliahku yang mandek pas skripsi hiks. Semangat dan sehat selalu buat sekeluarga ya mba. 2020 memang sangat membuatuhkan ekstra kesabaran
Ya Allah sweet banget ucapan terimakasih nya untuk diriku, para trio q dan juga suami nya mbak ruli. Lenggeng terus mbak ruli, bahagia terus. 2021 harus lebih baik Aamiin
ReplyDelete