Cegah Kebakaran Hutan dan Lahan |
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Indonesia sejak 2015-2020 kerap kali jadi sorotan dunia, karena kebakaran yang terjadi jumlahnya tidak main-main. Selalu saja membuat kita mengelus dada. Selain menghancurkan kita manusia pribumi, juga menyakiti negara-negara tetangganya karena kiriman asapnya yang pekat dan tidak sehat. Sehingga setiap ada kiriman asap dari Indonesia, hubungan antar negara menjadi ikut memanas.
Kemarau panjang (El nino) sejak jaman dulu selalu menjadi alasan basi terjadinya kebakaran, spontaneous combustion istilah yang sering aku dengar. Tapi lucunya manusia, meski musim hujan berlangsung sepanjang tahun pun tetap saja ada karhutla. Ada pula penyebab kebakaran lain selain el nino, misalnya karena petir, aktivitas vulkanis dan ground fire, tapi nyatanya dari hasil citra satelit dipantau bahwa penyebab karhutla di Indonesia yang parah bukan karena itu, kemungkinan jika faktor alami tidak separah itu dan apa iya jika memang faktor alami kok setelah terjadi karhutla tak lama kemudian lahan terbakar tersebut berubah jadi perkebunan atau fungsi lain. Karena itulah jangan percaya kalau musim kemarau dituduh sebagai penyebab karhutla, tetap saja ada campur tangan ulah manusia dibalik setiap kejadian.
Aku mengira, ketika pandemi berlangsung lebih dari setahun terakhir ini, bencana kebakaran tidak terjadi. tapi ternyata sama saja, masih terjadi meski tidak separah tahun-tahun sebelumnya. Bahkan para komunitas lingkungan hidup masih terus berjuang di pengadilan untuk pertanggung jawaban pihak-pihak yang menimbulkan karhutla. Tau darimana nih? dimana sumber beritanya? banyak kok ternyata di google, tapi aku sendiri cukup beruntung karena Jumat lalu tanggal 5 Juni 2021, komunitas aku yaitu Eco blogger squad mengadakan zoom bareng Yayasan Auriga Nusantara dan Yayasan Asri bertepatan dengan hari lingkungan hidup sedunia.
Eco blogger Squad Bersama Auriga dan ASRI |
Dari Yayasan Auriga Nusantara aku diperkenalkan dengan narasumber bernama Mas Dedy P Sukmara selaku Direktur Informasi dan data Auriga Nusantara dan dr. Alvi Muldani Direktur klinik Yayasan ASRI. Jadi kali ini aku akan membaggikan sedikit kisah dari para pejuang pencegahan Karhutla dan sebenarnya apa sih hubungannya karhutla dengan pandemi? kok aku menyebut cegah pandemi di judul blog? yuk baca sampai habis biar sama-sama melek kaya aku.
Kebakaran Masih Terjadi Saat Pandemi Covid-19
Aku cukup kaget ya ketika pandemi di mulai sejak awal 2020, aku kira tuh karena semua diminta stay at home, karhutla itu enggak ada. ternyata aku salah, data menunjukkan bahwa kebakaran masih terus terjadi meskipun asapnya tak separah tahun 2015 dan 2017 dulu. Sebagai warga kalimantan, yang awal tahun 2021 ini mengalami banjir besar luar biasa yang merendam 10 kota dan kabupaten dan sangat parah, aku tuh berharap karhutla engga ada lagi, pengurangan lahan hutan enggak ada lagi, karena warganya sudah mendapat teguran keras dalam kejadian ini.
Luas Karhutla kumulatif 2015-2020 |
Nah dari daftar karhutla ini Kalimantan selatan masih menempati urutan ke-4, ngerti ya masih tergolong yang terparah di Indonesia. Kaget juga melihat data di Papua, which is disana penduduknya enggak banyak, ternyata bikin orang semena-mena membuat karhutla.
Yang menyedihkan, perjuangan berbagai komunitas atau yayasan atau LSM yang peduli akan hutan Indonesia masih belum mendapatkan rasa adil dalam berbagai persidangan. Tidak semua persidangan dimenangkan, masih ada saja pihak pembuat karhutla yang memenangkan persidangan meski banyak bukti telah dihadirkan. Mari kita doakan berbagai yayasan dan LSM seperti Auriga, ASRI, Walhi, Greenpeace dll agar tak pernah lelah memperjuangkan hutan-hutan Indonesia.
Kenapa sih kita harus peduli? apalagi untuk mereka-mereka yang berdomisili di kota-kota yang jauh dari hutan. Kenapa kebakaran hutan dan lahan ini harus dipedulikan semua masyarakat Indonesia? Sebelum aku menulis efek kebakaran hutan lebih jauh, boleh deh mampir dulu ke postingan saya sebelumnya Peringatan Hari Bumi Untuk Siapa?
Hubungan Antara Karhutla dan Emisi Karbon Global
Karhutla yang terjadi berulang-ulang pada akhirnya menyumbangkan emisi karbon secara global, karena itulah negara-negara tetangga tidak sekedar dirugikan karena kiriman asap, tapi juga emisi karbon yang akhirnya merugikan manusia secara global. Kenyataannya tahun 2015-2019 memang menjadi tahun terburuk karhutla di Indonesia. Dan di masa pandemi 2020 karhutla masih terjadi meski luasan hutan yang terbakar hanya sekitar 1/5 dari jumlah kebakaran ditahun 2019. Pada tahun 2015 kebakaran hutan di Indonesia mencapai 2.611.411 ha, dan tahun 2019 juga sangat parah mencapai 1.649.248 ha. Nah, jumlah yang parah di tahun 2015 inilah yang kemudian melepaskan banyak karbon ke atmosfer melebihi negara ekonomi besar seperti Jepang dan Inggris, miris ya. Negara lain melepas karbon ke udara untuk industri, Indonesia justru melepas karbon untuk membakar hutan dan lahan. Iya, sebenarnya untuk perekonomian juga, tapi enggak sampai mengorbankan udara dan hutan Indonesia kan, mengorbankan udara global juga.
luas karhutla 2015-2020 |
Masih tentang karhutla di tahun 2019, meski jumlah lahan yang terbakar menurun namun emisi rumah kaca justru di beberapa emisi hariannya itu melebihi emisi kebakaran hutan di tahun 2015. Asli, kebakaran hutan tahun 2019 menurutku memang lebih parah. Warna udara di wilayah Kalimantan tengah saat itu bahkan memerah, bukan lagi kabut asap berwarna putih atau abu, melainkan merah. Saking berbahayanya udara hasil karhutla saat itu. Semua sisi kehidupan cukup terganggu saat itu baik kegiatan manusia maupun pasokan bahan pangan yang bersumber dari hutan terasa sekali pengaruhnya di kebutuhan makanan masyarakat sehari-hari. Pedih, kami yang sedari kecil tinggal di Kalimantan merasakan sesaknya nafas. Dan itu pastinya dirasakan juga oleh masyarakat Kalimantan barat dan timur. Juga di wilayah Sumatra pasti merasakan bagaimana asap kiriman dari karhutla. Beberapa titik kebakaran juga ada di Kalmantan selatan meskipun yang terparah di Kalimantan tengah ya. Itulah kenapa, Kalimantan selatan masih menduduki posisi atas kebakaran hutan di Indonesia.
Berikut aku lampirkan gambar berapa banyak kebakaran baru dan kebakaran berulang, dan data ini cukup menyesakkan kenapa setelah kejadian karhutla parah dan kecaman keras, para pengusaha tetap memilih jalur karhutla untuk membuka lahan. Dan mereka yang melakukan pembakaran berulang, kenapa harus mengulang kembali? tak habis pikir tapi itulah kenyataan yang terjadi dan dihadapi. lebih baik fokus ke depannya bagaimana.
data kebakaran berulang 2015-2019 |
Melalui tulisan ini saya mengajak teman-teman ikut menjaga hutan Indonesia, mencegah karhutla bagaimanapun usaha yang kalian bisa. Jika tidak bisa terjun langsung, teman-teman bisa berdonasi melalui yayasan atau LSM yang mengurusi soal ini. Donasi kalian sangat berharga untuk keberlangsungan bumi. Aku saja sering merenung, nanti anak cucuku akan menikmati bumi yang seperti apa, sudah begitu banyak penyakit ditimbulkan dari karhutla ini, dari bumi yang rusak ini. Termasuk pandemi bermacam-macam penyakit, salah satunya karena karhutla. Kenapa begitu?
Hubungan Karhutla dengan Pandemi Wabah Penyakit Zoonosis
Sebelum aku menceritakan lebih panjang soal karhutla, perkenalkan dulu Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) sebuah LSM yang aktif menjaga kelestarian hutan dengan berbagai cara. Mendengar penjelasan dari dr. Alvi Muldani Direktur klinik Yayasan ASRI dimana klinik Asri adalah satu-satunya klinik yang menerima pembayaran dengan bibit pohon, keren banget kan. Keliatan sekali dedikasi dr. Alvi dan tim di LSM tersebut dalam misi menjaga keberlangsungan hutan Indonesia. berbagai kegiatan juga dilakukan Yayasan ASRI ini untuk mengajak masyarakat peduli terhadap hutan Indonesia.
Dr. Alvi dan Mbak Ocha (host) |
Lalu apa hubungannya karhutla dengan pandemi. Pertama kita mendalami dulu apa sih pandemi? Pandemi berasal dari kata Pan=Semua, demos=Orang, jadi pandemi menurut KBBI diartikan sebagai wabah yang berjangkit ke semua orang, dimana-mana mencakup geografi yang luas.
Nah, sudah sejak 12000 tahun berlalu, manusia ditakdirkan hidup berdampingan dengan alam, saling beradaptasi dan bersimbiosis. Nah kedekatan manusia dengan berbagai hewan ini menyebabkan terjadinya Zoonosis. perpindahan penyakit dari hewan ke manusia, contohnya seperti Measles, smallpox, gastric cancer bahkan yang saat ini Covid-19 adalah pandemi yang disebabkan oleh hewan berpindah ke tubuh manusia. Kalian tentu ingat awal Covid-19 berasal dari Wuhan, China diawali dengan berpindahnya penyakit dari kelelawar ke manusia.
Sudah mulai terlihat ya korelasi pandemi dengan hutan. Dengan menjaga hutan, maka berbagai penyakit yang ada di hewan tidak akan menular ke manusia, biarkan hewan-hewan tetap hidup nyaman di habitatnya tanpa harus mencari makanan di dunia manusia. Okelah pandemi Covid sudah terjadi saat ini kita berfokus bagaimana melewati pandemi covid, seterusnya mari kita cegah pandemi penyakit-penyakit lainnya dengan tidak membakar hutan. Kalimat ini benar-benar jleb, selama ini tak pernah terpikirkan oleh kita kenapa berbagai penyakit hewan bertransisi ke manusia, kita hanya menyalahkan bagaimana gaya hidup kita. Padahal karhutla juga turut andil memaksa berbagai hewan akhirnya keluar dari zona nyaman mereka di hutan.
species terdampak karhutla |
Kebayang enggak kalau hal ini terus berlangsung, aku tidak terbayang jika semua hewan-hewan hutan kembali keluar dan terjadi zoonosis. Jangan sampai kelak kita mendapatkan virus-virus baru dari zoonosis hewan hutan seperti ular, monyet, kijang, kalajengking, atau hewan lainnya, jangan!!
Dengan menjaga hutan kita tidak memaksa berbagai hewan membawa penyakit zoonosis ke manusia, dengan mencegah karhutla kita menurunkan emisi gas rumah kaca yang pada akhirnya itu adalah langit biru bagi anak cucu kita juga. Apakah yang berjuang hanya kita yang tinggal di dekat hutan? tidak. Siapapun yang tinggal dibumi bisa membantu dengan cara lain, seperti menanam pohon, berdonasi untuk kegiatan LSM menjaga hutan, mengurangi sampah atau dengan rutin menyetor ke bank sampah, menghemat air dan listrik, gunakan produk ramah lingkungan, termasuk didalmnya mengedukasi anak cucu kita bahwa kita harus jadi bagian dari penyelamatan bumi. Jangan hanya kta yang melek mencegah karhutla dan menyayangi bumi, tapi tularkan semangat dan pengetahuan kita kepada anak cucu kita sekarang.
Aku percaya, sekecil apapun usaha kita, kita layak menuai hasilnya kelak. Demi masa depan bumi yang lebih baik. Enggak-enggal lagi deh nyawa manusia hilang karena pernapasan rusak, nyawa manusia hilang karena penyakit akibat pandemi yang dibawa hewan ke manusia, enggak lagi manusia kehilangan pekerjaan dan tempat tinggal karena es di kutub mencair dan daerah pesisir mulai tenggelam.
Ah, enggak habis-habis rasanya jika bicara efek karhutla, global warming, pandemi. Tapi aku juga enggak lelah untuk terus mengajak teman-teman sayangi bumi ini, sayangi hutan Indonesia atau hutan manapun di muka bumi. Even hanya sebatas hutan kota pun janganlah kalian rusak, jaga baek-baek. Kalau ada kegiatan apapun terkait pelestarian alam jangan lupa untuk turut ambil bagian semampu kita.
Luar biasa kak artikelnya!
ReplyDeleteSangat mencerahkan dan menggugah semangat utk makin melindungi hutan Indonesia
Keren buanget nih olaborasi antara AURIGA (Yayasan AURIGA Nusantara) dan Yayasan ASRI (Alam Sehat Lestari)m HIIP Indonesia dan BPN (Blogger Perempuan Network) bersama Eco Blogger Squad .
Yuk lah jaga hutan, cegah Karhutla. Toh semua balik ke diri kita sendiri. Sedih asli pas denger kemarin Mbak Ruli cerita soal asap karena kebakaran hutan. Manusia punya tempat berlindung, kalau hewan? Kasihan banget mereka yang kehilangan habitatnya. Maka harusnya kita gak kaget kalau virus-virus mulai bermunculan
ReplyDeleteKarhutla dampaknya emang banyak ya.. ke lingkungan, ekonomi, kesehatan, dll.. Semoga karhutla bisa dikurangi..sukur2 gak ada sama sekali kejadian karhutla di Indonesia..
ReplyDeleteSedih kalau lihat berita kebakaran hutan. Semoga kita bisa melindungi hutan dan masa depan anak cucu kita.
ReplyDeleteAku tuh sedih banget loh kalah lihat dan baca berita tentang kebakaran hutan, padahal hutannya Indonesia itu indah banget ya. Semoga upaya pencegahan karhutla ini bisa berjalan dengan baik ya mak.
ReplyDeleteAku sendiri besar di Tarakan, dan rumahku di Peningki itu kebetulan dapat di sudut persis bersebelahan dengan hutan lindung mungil, untuk paru-paru lingkungan komplek. \
ReplyDeleteYa ga bisa dibilang kecil juga ya karena untuk komplek orang-orang kehutanan hehehe, dan itu pernah siang-siang bolong kebakaran! Penyebabnya sederhana, ada pengunjung yang buang rokok di dekat ranting kering, aku masih trauma banget liat api membesar dan menjilat dinding luar ruang tamu!
Walau "kebakaran kecil" tapi padamnya api butuh waktu sekitar 5-6 harian! Ya karena suhu di dalam tanah masih panas dan banyak ranting kering yang harusnya sih jadi pupuk alami pohon ya!
Karhutla ini harus ditangani serius karena membutuhkan waktu lamaaaa untuk memadamkan api, dan asapnya sungguh menyesakkan :(
artikel seperti ini penting banget buat diperbanyak dan dibaca oleh semua orang untuk menjaga kelestarian hutan yang ada di Indonesia terutama di Kalimantan
ReplyDeleteMasya Allah mulia sekali Klinik ASRI yang menerima bibit pohon untuk pembayaran biaya pengobatan. Semoga semangatnya melestarikan hutan dan lingkungan bisa ditiru kita semua. Bicara soal karhutla, aku jadi kepikiran sama tetanggaku yang suka bakar sampah, sampai asapnya tiap hari masuk ke rumahku. Itu aja aku rasanya sebal sekali, Mbak. Gimana sama negara tetangga, yang nggak henti-hentinya kebagian asap dari karhutla yang luas lahannya nggak kira-kira itu, ya? Sungguh kehabisan kata-kata deh aku sama oknum yang bisa bisanya menyalahgunakan hutan untuk kepentingannya sendiri.
ReplyDeleteKebakaran hutan ini sejak dl sdh seringkali terjadi. Sesama kami (masyarakat) di lingkungan kecilbyg kumpul melihat kepulan asap yg semakin membubung tinggi hampir serentak bergumam: "liat aja nanti juga di lahan itu berdiri gedung yg megah. Dan tetap KarHutla terjadi hingga kepul asapnya mengganggu negara tetangga. Semoga ke depannya negara kitavtercinta ini bebas dari Karhutla. Aamiin
ReplyDeleteSedih banget dengar kebakaran hutan ini terbayang rusaknya hutan paru-paru dunia, juga sengsaranya warga masyarakat sekitar yang terkena asapnya
ReplyDeleteDari dampak yang ditimbulkan, karhutla adalah bahaya terbesar bagi kelangsungan hidup manusia dan hewan. Sedih memang, kasus ini tak pernah menang di persidangan mana pun. Aku jadi ingat 2019 lalu, saat ikut berpartisipasi ke RIAU membantu kondisi di sana dengan bagi-bagi masker ke masyarakat, akibat asap yang begitu parah sampai ke kota. Itu sudah sangat bikin sesak. Gimana mereka yang berada dekat hutan yang terbakar? Sampai harimau pun keluar dan masuk area kerja pertambangan, karena kehilangan tempat. Burung-burung langka ditemukan mati. Dan masih banyak lagi. Virus, gimana ga ikut keluar dan mencari tempat tinggal baru, ya kan? Mari cegah, bahkan dengan menulis seperti ini pun, jadi langkah kecil yang baik. Teruskan mbak!
ReplyDeleteAku ga terdampak karhutla...baca dan nonton beritanya saja terbayang betapa mereka yang terkena dampaknya sangat terganggu hidupnya. Setuju jika mencegah karhutla bagaimanapun usaha yang kita tuh bisa. Jika tidak bisa terjun langsung, kita bisa berdonasi melalui yayasan atau LSM yang mengurusi masalah karhutla. Miris baca begini betapa jika kita tidak jaga hutan dan bumi banyak hal buruk terjadi
ReplyDeleteMiris memang ya mbak, walau bukti sudah ada, tapi di meja persidangan, entah bagaimana caranya, bisa terjadi oknum pelaku pembakaran hutan bisa di vonis bebas. Atau kalaupun dihukum, hukumannya terbilang ringan
ReplyDeleteSedih ya ternyata saat pandemi masih ada karhutla. Semoga terbuka mata mereka yang masih sengaja menebang pohon di hutan. Seharusnya dengan musibah banjir kemarin, nggak ada lagi orang atau pihak perusahaan yang masih berani bakar hutan. Ahhh sedih kalo baca karhutla, sedih dengan nasib hewan di sana
ReplyDeleteMendoakan kebaikan yang sama, semoga makin sadar dengan adanya edukasi begini ya Mba. Dan semoga edukasinya menyeluruh ke segala lapisan masyarakat.
Deleteternyata kebakaran hutan nggak hanya merusak lingkungan ya mbak
ReplyDeleteTapi juga turut andil dalam menyebabkan terjadinya pandemi ini
sudah seharusnya kita semua sadar dan saling berkolaborasi menghadapi karhutla ini
Iya nih bersyukur ada para pejuang lingkungan hidup ya yang menyurakan trus menerus soal kelestarian hutan. Kita pun walau bukan aktivis yg gmn2 gtu jg bisa membantu dgn jaga lingkungan di rumah minimal hidup go green.
ReplyDeleteSuk denger berita tebang pilih gtu antara masyarakat kecil yg bakarin hutan sama perusahaan, seringnya perusahaan menang. Butuh aturan tegas ttg ini yaa yg gk tebang pilih.
Iya bener banget... Ga kelihatan emang tapi kalau ditarik benang merah jelas kalau karhutla ini ada korelasinya dengan pandemi ya. Dan bikan tidak mungkin berkorelasi dengan berbagai ancaman penyakit lain karena terganggunya ekosistem di sekitar kita. Semoga makin banyak yang peduli dan ga ada lagi karhutla di bumi indonesia.
ReplyDeleteMmg pandemi n bbrp penyakit manusia disebabkan oleh zoonosis ya mba. Virus2 ini dibawa dr hewan yg habitatnya telah dirusak manusia. Jd kalo hutannya makin kita basmi. Efeknya jd boomerang
ReplyDeleteIyayah mba padahal masa begini kalau masih ada karhutla yo aneh ini sih pastinya disengaja banget padahal korelasi karhutla dengan lainnya itu besar semoga yah tidak terjadi lagi kek gini pada mikir gitu yah..sedih liatnya
ReplyDeleteYup, sekecil apapun usaha kita, itu akan sangat berarti untuk lingkungan ya mba. Gimana coba nasib hewan-hewan yang biasanya tinggal di hutan ketika karhutla tak kunjung reda, mereka bakal migrasi ke kawasan hunian manusia dong. Duh ngeri lah membayangkan betapa banyak penyakit yang mungkin timbul jika hal ini terjadi.
ReplyDeleteSedih sekali dengan karhutla ini.
ReplyDeleteHarapannya, kita semua menjadi guardian dari alam yang akan menjadi warisan untuk anak-cucu-cicit kelak.
Sedih kalau dengan ada karhutla, inget makhluk hidup yang ada di dalamnya betapa mereka bersedih hati dan mencari perlindungan. Semoga manusia makin sadar dan tidak egois lagi aamin. Makasih mba Ruli udah ngingetin
ReplyDeleteMencegah kahutla adalah kewajiban bagi diri sendiri. Akibat kurangnya kesadaran manusia maka kahutla sering terjadi. Kebanyakan kasus kahutla disebabkan oleh mereka yang buka lahan baru tapi sebagian ada juga karena gesekan ranting kayu yang kering. Tapi gesekan kayu yang kering hanya sbgian kasus dan sangat jarang. Diera pandemi memungkin, kahutla bisa lebih marak karena orang yang biasanya bekerja ditempat keramaian jualan atau sebagainya namun akibat pandemi roda perekonomiannya tidak beraturan kemudian memilih berkebun di hutan. Yang akhirnya saat membuka lahan dgn cara instan tapi resiko besar, yaitu membakar tumbuhan² dan pephonan yng kering. Apalagi hutanya hutan gambut. Walaupun dijaga agar api tidak merambat tapi bara api dibawah gambut tidak mgkin bisa dipastikan sudah padam. Itulah marak terjadi kahutla.
ReplyDeleteSalam #SIKONYOL.com>
karhutla adalah bahaya terbesar bagi kelangsungan hidup manusia dan hewan.
ReplyDeleteMemang kita kudu bekerjasama untuk menghalau ini ya
Suka sedih memang kalau membaca berita kebakaran hutan yang meraja lela. Manusia serakah banget huhu padahal ada makhluk hidup yang butuh tempat tinggal. Semoga pemerintah memantau dengan serius kebakaran hutan.
ReplyDeleteAku dulu pas awal-awal pandemi covid pernah berdiskusi juga sama teman-teman terkait hubungannya dengan kerusakan alam. Kalau kita menjaga alam, tentu penyakit yang disebabkan karena keseimbangan ekosistem di hutan akan terjadi. di kampungku juga sering terjadi kebakaran hutan lho mbak ruli. kayu-kayu ditebang dan berakhir dengan kebaran hutan atau banjir bandang. baru-baru ini desa tetangga baru aja banjir bandang.
ReplyDeleteMendengar LSM yang kalah di persidangan rasanya ikut sedih krn kalah power. Kayagini memang sebaiknya turut bersama2 mendukung dan digencarkan terus juga kesadarannya kalau karhutla itu bukan hanya membahayakan dan merugikan. Butuh dukungan banyak kita semua karena hidup manusia jg apa tanpa keasriam hutan
ReplyDeleteHiks sedih sekali setelah mengetahui kalau selama pandemi ini masih ada saja hutan yang terbakar. Mengingat pentingnya keberadaan hutan untuk kehidupan manusia, sudah selayaknya kita peduli dengan kelestarian hutan.
ReplyDeleteYa, Mbak, semoga berbagai yayasan dan LSM seperti Auriga, ASRI, Walhi, Greenpeace, gak pernah lelah memperjuangkan hutan-hutan Indonesia
Karhutla ini ternyata penyebabnya banyak banget ya. Tapi yg ga bisa ditolerir tentu saja jika disebabkan oleh manusia hiks. Akibatnya ya tadi banyak penyakit zoonosis yang menyengsarakan manusia juga hiks. Semoga ke depannya ga ada karhutla lagi ya
ReplyDeleteSungguh disayangkan ya, oandemi masih juga ada jarhutla, soalnya masih ada yang berpikiran pendek ya. Alhamdulillah ada yg memiliki kepedulian seperti Yayasan Asri ini. Semoga saja bisa mengambil peran dalam perbaikan lingkungan kita.
ReplyDeleteMendukung posting ini. Bumi yang mendukung kehidupan kita perlu dijaga kelestariannya.
ReplyDeleteMenjaga hutan penting banget ya mba. Suka sedih aja gitu kalau ada info kebakaran hutan mba. Semoga kita semua bisa jaga hutan ya
ReplyDeleteKarhutla ini meresahkan ya , dan terjadi di mana saja hutan kita berada, efeknya yang berbahaya bagi dunia secara langsung terasa. Mari kita sama-sama jaga hutan Indonesia
ReplyDeletesedih banget kalo udah kebakaran hutan kaya gini yaa, susah mademinnya, terlebih emang nggak ada akses buat mobil pemadam kebakaran, nggak bisa bayangin nasib para hewannya huhu
ReplyDeleteBnayak cara untuk membantu mencegah kebakaran hutan dan lahan ya mba.. termasuk melalui awareness raising program yang kita lakukan lewat blog dan medi asosial. Semoga makin banyak yang aware dan bencana yang disebabkan oleh kelalaian manusia ini bisa kita cegah yaa mba
ReplyDeleteWah ternyata masih berlangsung di masa pandemi ini ya..jarang diekspose juga sih jd ga terdengar... Semoga pemerintah bisa bertaring nih Krn menghadapi ini hrs dgn kekuasaan...
ReplyDeletePandemi sekarang sudah dibebani dengan banyak bencana di awal tahun kemarin, baiknya memang kebakaran hutan dan lahan dicegah biar kita juga bisa fokus untuk menyelesaikan pandemi dan bisa hidup seperti dulu lagi.
ReplyDeleteKondisi alam itu bagaimana kelakuan manusianya, secara tidak langsung. Semoga saja makin banyak manusia yang sadar, khususnya para pemangku kebijakan agar alam tidak murka. Ngeri euy!
ReplyDelete