Climate change |
Hey bumi, apa kabarmu?
Kamu saat ini sedang kepanasan? kegerahan? Gelisah melihat apa lagi yang akan dilakukan manusia diatas bumi.
Sisi positif yang bisa diambil dari pandemi adalah kabar tentang menutupnya lubang ozon karena perintah stay at home yang berlangsung dalam kurun waktu lumayan panjang tahun lalu dan tahun ini. Beberapa wilayah menjadi bersih dan ada sedikit peningkatan kearah yang baik untuk bumi ini. Meski sangat berduka untuk pandemi di seluruh dunia, aku tentu bahagia jika melihat bumi membaik. Tapi saat ini, aktivitas sudah mulai normal lagi, sekolah sudah dimulai lagi, dan segala kesibukan yang berpotensi merusak lingkungan pun, berjalan lagi. Hingga akhirnya kode merah untuk kemanusiaan menyala lagi.
Pekan lalu, aku bersama teman-teman #EcoBloggerSquad kembali mengadakan zoom, dimana setiap kali kami mengadakan zoom tentu saja yang dibahas tak lain mengenai isu lingkungan, hutan, perubahan iklim dan sejenisnya. Eco blogger squad memang dibentuk untuk itu, yaitu blogger yang concern pada isu lingkungan hidup terutama perubahan iklim. Kali ini, kami berbicara bersama kak Anggi selaku knowledge manager dari Madani berkelanjutan (Yayasan Madani).
Madani berkelanjutan adalah manusia dan alam indonesia berkelanjutan, menjembatani hubungan, antara pemerintah, swasta dan masyarakat sipil tentang pengelolaan alam. Senang banget terhubung dengan Madani ini, dimana paparan tentang perubahan iklim terupdate saat ini menjadi peringatan besar yang rasanya sayang kalau tidak aku bagikan ke teman-teman semua.
Isu Perubahan Iklim
Masalah global warming dan perubahan iklim di bumi yang semakin memanas dan mengancam akan menenggelamkan banyak daratan, telah menjadi kecemasan besar untuk para generasi muda usia 16-25 saat ini dimana kelak merekalah yang akan menjadi generasi penerus bumi ini sekian tahun ke depan. Kenapa? karena akhirnya IPCC merilis sebuat report yang menyatakan sesuatu yang akan terjadi pada bumi dimana pada saat itu terjadi kelak, kejadian tersebut bersifat "tidak bisa dihindari" dan irreversible alias tidak bisa dikembalikan lagi ke kondisi semua, apalagi kalau bukan tentang climate change.
IPCC sendiri adalah Intergevoermental Panel on Climate Change selaku komunitas ilmuan yang didirikan oleh PBB yang setiap tahun secara rutin mengeluarkan laporan dan mengingatkan manusia tentang krisis iklim yang terjadi di dunia.
IPCC merilis assesment report yang menyatakan bahwa ternyata bumi kita ini yang memang sudah sejak lama mengalami global warming, ternyata saat ini panasnya meningkat lebih cepat daripada yang diperkirakan. Gimana? mulai panik enggak? paniklah masa enggak. Karena itulah PBB pun telah menyatakan ini adalah warning alias kode merah untuk kemanusiaan di seluruh dunia, semuanya jelas-jelas karena perbuatan manusia, bukan terjadi alami karena ice age. dududu... dampaknya makin luas, makin intens, dan makin panas.
IPCC Reports |
Tau enggak sih bahwa konsentrasi CO2 di permukaan bumi (atmosfer) adalah yang tertinggi saat ini sejak 2juta tahun ini, kenaikan permukaan air laut pun sekarang adalah yang tertinggi sejak 3000 tahun terakhir. Es-es di kutub sudah mencair dan sangat mengkhawatirkan. yeah... dampaknya tentu bukan cuma ke polar bear donk. Indonesia pun tentu kena dampaknya.
Apa dampaknya untuk Indonesia?
Meski mencairnya es di kutub lokasinya sangat jauh dari Indonesia, tapi Indonesia sudah banyak merasakan dampaknya, yaitu kekeringan, kebanjiran, cuaca yang tidak menentu sehingga menyulitkan dalam bercocok tanam, juga mulai terendamnya daerah-daerah pesisir. Terasa engga sih kalau panasnya Indonesia sekarang tuh kayanya lebay banget, kaya yang panas luar biasa jauh lebih panas daripada suhu saat kalian masih kecil dulu. Beda aja rasanya, bahkan dinginnya pun ekstrim. Perubahan cuaca yang gak bisa di prediksi lagi. Indonesia yang merupakan negara agraris dan sangat bergantung pada sumber daya alam tentu sangat berdampak pada perubahan suhu dan iklim ini dan yang paling terdampak paling berat tentu saja masyarakat miskin karena kesulitan beradaptasi dengan kondisi ini.
Dari semua data yang terkumpul, emisi yang terjadi karena kenaikan panas ini maka batas aman kenaikan suhu akan terlampaui pada tahun 2030, kaget enggak? 2030 itu enggak lama gaes, sekarang sudah tahun 2021, ditahun tersebut bahkan anakku yang bungsu masih kecil, hehehe. membayangkan hal ini saja aku sudah sedih lho, masa iya kelak kita akan mewariskan bumi yang seperti ini untuk anak cucu kita.
Apa yang sebaiknya dilakukan oleh Indonesia?
kalau dulu ajakan untuk kegiatan global warming masih dilakukan secara santai, sekarang saatnya kita bergerak aktif dan agresif. karena ini semua tidak bisa dihindari maka kita harus bergerak berkejar-kejaran dengan waktu, supaya semua masih bisa berubah. Diawali dengan mencari sumber emisi penyebab global warming besar di Indonesia baru kemudian mencari langkah-langkah yang bisa berpengaruh.
Di Indonesia, emisi terbesar berasal dari hutan dan lahan, dimana hutan mengalami deforestasi, kebakaran hutan, berkurangnya lahan gambut, sampai-sampai pada tahun 2030 diprediksi emisi dari sektor energi akan menyumbang sekitar 66% dari total emisi di Indonesia. Jadi langkah pertama kita tentu saja menjaga hutan dan lahan gambut Indonesia. Seperti pernah saya tulis di blog sebelumnya bahwa Indonesia merupakan salah satu negara pemilik lahan gambut terbesar didunia.
Saya juga pernah menuliskan bagaimana upaya kita melindungi bahan pangan hasil hutan untuk dijaga dan dilestarikan. Lalu bagaimana hutan Indonesia kemudian menjadi salah satu sumber pemasok rempah untuk seluruh dunia. Semua-semua bertumpu pada hutan Indonesia.
Salah satu cara yang sedang banyak dibahas para ilmuan, termasuk di kampus saya yang merupakan sebuah institut teknologi, para engineer dan proffesor saya mengajari tentang Carbon capture storage (CCS) dimana cara ini adalah salah satu cara menangkap dan menyimpan CO2 agar tidak terlepas ke udara dan menyebabkan global warming. Pemerintah pun menetapkan pajak atas setiap CO2 yang terlepas ke udara agar bisa meredam banyaknya pabrik yang melepas CO2 ke udara. Saya berharap metode-metode yang didapatkan para researcher dan ilmuan dapat diterapkan agar bisa membantu mengatasi global warming tak sekedar berakhir menjadi jurnal semata. Lalu kembali ke penerapannya, selain solusi tentang CO2, yang perlu dilakukan perubahan adalah system di Indonesia. Para generasi muda diharapkan mampu bekerjasama dengan pemerintah ataupun swasta untuk membentuk atau merevisi sistem yang sudah ada agar makin berpihak kepada alam Indonesia. jadi semua pihak berjuang demi menjaga Indonesia tidak tenggelam kelak. baik dari system maupun kegiatan, semua kompak dan bekerjasama menurunkan emisi di permukaan bumi.
Para proffesor pun sekarang terus menggiatkan penelitian untuk para siswanya untuk mendorong lahirnya energi terbarukan, seperti tenaga surya, tenaga angin, dan mencari alternatif-alternatif bahan baku yang bisa mengurangi kerusakan alam, seperti biodiesel, biofuel, biogas, dan mencari bahan-bahan alam lainnya yang bisa menggantikan posisi minyak sawit, memberdayakan tanaman-tanaman bernilai ekonomi rendah menjadi subtitusi barang lain misalnya tanaman-tanaman mangrove.
Indonesia pun sebaiknya mulai saat ini melakukan adaptasi terutama terhadap kalangan masyarakat yang rentan menerima dampak perubahan iklim dengan berbagai penyuluhan dan sharing knowledge untuk ikut berpartisipasi mengatasi perubahan iklim ini.
Masyarakat Sipil bagaimana menjaga bumi?
Dari berbagai hal yang sepertinya berat untuk dibahas, tentunya masyarakat sipil seperti saya begini, ingin tau bagaimana sih agar kami dapat turut andil mengatasi global warming? bagaimana sih agar agresifnya kita kejar-kejaran dengan waktu untuk bisa mencegah kenaikan suhu juga bisa di support seluruh kalangan masyarakat.
Berikut beberapa tips yang bisa dicoba untuk berpartisipasi:
- Eat Less Meat, anda tidak salah membaca, Daging sapi memiliki limbah yang memiliki emisi cukup tinggi. Karena itu disarankan mengurangi konsumsi daging. Kita bisa menggantinya dengan ikan atau protein berbasis nabati. tentu saja tidak menghilangkan, melainkan hanya disarankan mengurangi.
- Stop Food waste, dalam hal ini yang dimaksud adalah sampah sisa makanan. Maka makanlah secukupnya lalu habiskan hingga bersih. Sesendok saja kita menyisakan makanan, jika itu dilakukan oleh jutaan orang maka dampaknya juga limbah makanan yang berjuta-juta sendok. Maka jadilah zero food waste heroes.
- Say No to Plactic Bags, untuk hal yang satu ini sudah lama di galakkan di Indonesia ya. Tapi penggunaan plastik masih saja banyak, karena itu kita harus makin rajin lagi membawa kantong belanja kemana-mana. dan kalaupun menggunakan plastik maka gunakan yang berbahan ramah lingkungan dan mudah terdegradasi
- Gunakan Angkutan Umum, menggunakan angkutan umum cukup membantu mengurangi emisi di jalan raya akibat banyaknya kendaraan pribadi yang kadang isinya hanya 1-2 orang perkendaraan. Jikapun menggunakan kendaraan pribadi maka usahakan menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.
- Writing Story, gunakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar ikut beraksi melakukan hal yang sama, buat tulisan ajakan melalui blog, sosial media, buat pengaruh ke orang-orang di sekitar agar turut peduli pada global warming dan bersama-mana melakukan perubahan ke arah positif.
- Minimalis, selain masalah sampah plastik dan makanan, ajakan hidup minimalis juga terus digaungkan untuk mengurangi sampah. misalnya mengurangi beli baju, beli produk kemasan, dan barang-barang apapun yang membuat sampah makin banyak. Bahkan kegiatan bercocok tanam pun menimbulkan sampah, karena itulah kita mengajak orang-orang untuk hidup minimalis, membeli seperlunya, bukan sesukanya.
Akhir kata, saya hanya bisa menyampaikan, bahwa perubahan iklim ini adalah tanggung jawab kita semua sebagai manusia yang tinggal di bumi. Bukan tanggung jawab para pemerhati lingkungan saja, bukan pemerintah saja, bukan generasi muda saja melainkan tanggung jawab semua manusia yang numpang hidup di dunia. Ya, kecuali udah gak mau tinggal di atas bumi, mungkin maunya tinggal di luar angkasa ya silakan aja sih kalau mau cuek, hehehe, becanda... Pastinya teman-teman yang tekun membaca tulisan ini hingga akhir berarti memang punya kepedulian tinggi terhadap isu climate change, yuk rapatkan barisan kita maju jalan.
Hemm, keadaan bumi sekarang bener-bener parah apalagi sebagian besaar akibat perbuatan kita sendiri. Oleh karena itu, penting untuk menjaga alam.
ReplyDeleteJadi takut sekarang apalagi di masa pandemi, eh masih ada kabar lubang lapisan ozon semakin meningkat begitupun suhu bumi.
ReplyDeleteBener banget sekarang suhu bumi semakin meningkat belakangan ini pastinya harus kita ketahui penyebabnya bukan cuma merutuki cuaca :)
ReplyDeleteIya sih kalau kita pikir ini bukan sepenuhnya karena perubahan iklim mengingat perbuatan manusia yang hadeh buat bumi semakin panas tapi tidak sadar. :)
ReplyDeleteNah, mengingat ini juga karena perbuatan kita sendiri maka haruslah memahami penyebabnya dan menghindari hal tersebut. Salah satunya dengan menanam pohon.
ReplyDeletekalau alam yang sudah memberi peringatan, udah saatnya kita untuk bertindak ya. selama ini alam udah ngasih apa yang kita butuhkan saatnya kita yang berbalik menjaga dan melindungi hutan
ReplyDeleteSudah saatnya ya kita menyadari hal ini, apalagi dgn target net zero emissions harus bnyk masyarakat yg sadar.
ReplyDeleteAkupun sekarang kurangi konsumsi daging sapi, Mba.
ReplyDeleteLebih suka makan tahu tempe :D
Muraaahh, proteinnya juga bagus, dan berdampak baik utk Bumi karena minim emisi.
Sama-sama 30 derajat celsius, sekarang rasanya jauh lebih panas. Bukan lebay, tapi terlihat dari daun tanaman yang bisa mengering di ujung. Kalau siang kulit wajah juga rasanya seperti kertas: kaku dan aneh. Akhirnya terpaksa rajin pakai pelembab.
ReplyDeleteMasalah perubahan iklim ini memang sebaiknya kita pikirkan bersama2 ya mbak, gak bisa cuma mengandalkan pemerintah aja.
ReplyDeleteKita bisa memulai dengan gaya hidup yang lebih mencintai lingkungan, seperti gak pakai plastik, lifestye minimalis dll. Keliatannya sederhana tp besar manfaatnya ya
Beberapa hari lalu, ikutan ngisi survey online tentang pemasan global juga Mbak. Tentang persetujuan Paris, komitmen global untuk menjaga kenaikan suhu bumi di kisaran 1,5 derajat Celcius.
ReplyDeleteDan perlu peran aktif semua warga bumi untuk menjaga agar perubahan iklim ini bisa dikendalikan, dimulai dari kebiasaan sehari-hari yang kita lakukan.
Teknologi dan inovasi itu selalu membuat manusia mudah tapi di sisi lain membuat bumi semangin menjerit dan menangis.
ReplyDeleteHarapannya, meski kita memanfaatkan teknologi juga tetap memikirkan kondisi alam.
**ini ngobrolin aku yang malas jalan kaki or naik sepeda.
Huhuu~
Kota tempat tinggal saya yang dulunya adem dan sejuk kini sudah semakin panas, Mbak. Di mana-mana banyak pembangaunan sehingga pohon-pohon semakin berkurang. Pasokan oksigen berkurang dan makanya jadi panaas
ReplyDeleteAku baru tahu ada eco blogger squad.duh tertohok banget sama tulisan ini. Aku masih makan daging, bahkan doyan banget. Belum bisa hidup Minimalist pula 😩
ReplyDelete