Ketika hanya memiliki waktu singkat di Jawa timur tapi rindu pantai dan laut, maka Gili ketapang lah jawabannya. Kota yang berjarak hanya 2 jam dari Surabaya, dan 30 menit menuju ke gili ketapangnya, menjadikan wisata laut ini praktis dan berbiaya rendah. Cocok untuk kita-kita yang waktunya singkat, gak mau terlalu capek dan budget minim.
Gili Ketapang Underwater Snorkeling Dok. Pribadi |
Setiap ada kesempatan ke Jawa timur, perjalanan kami tak jauh-jauh dari Malang lagi malang lagi, seolah kami hanya mengenal malang untuk tempat wisata. Pernah sih ke kota lain di Jawa Timur, seperti Lamongan, Kediri, Nganjuk, Jember, Ngawi, Blitar, tapi ya belum ada tempat wisata yang ingin kami ulang disana. Jadi kali ini kami coba menyusuri kota lain di Jawa Timur yang belum pernah didatangi. Bagi saya yang suka sekali laut dan pantai, sebenarnya awalnya kami ingin ke Madura, dimana ada Gili Labak dan Gili Iyang. Tapi sepertinya terlalu jauh untuk kami yang kelelahan dan hanya punya sedikit waktu.
Perjalanan Kereta Menuju Probolinggo
Karena saat itu kami hanya suami istri, tentu kami lebih suka ngebolang untuk bertualang. Tidak banyak memikirkan kenyamanan, karena sedang tidak bersama anak-anak. Kami berangkat dari Surabaya subuh pagi naik kereta. Kereta ekonomi pula, dalam bayangan saya kereta ekonomi itu akan kotor, bau dan banyak pedagang asongan. Padahal sih, itu bayangan saya yang masih terjebak masa lalu. Sekarang kereta ekonomi atau bisnis udah sama bersihnya.
Subuh di Stasiun Gubeng - Surabaya |
Alasan memilih kereta api ekonomi ini sederhana, karena hanya kereta ini yang tersedia subuh. Kami ingin segera ke Gili ketapang dan yang namanya snorkeling, itu harus pagi. Paling lambat jam 10-11 itu matahari sudah tinggi, air laut mungkin pasang tidak kondusif melihat underwater. Jadilah, kami memesan kereta ekonomi Probowangi dengan tarif untuk dua orang tak sampai 100ribu rupiah. Cukup hemat untuk perjalanan pukul 05.30 dan tiba di Probolinggo pukul 07.50.
Bagaikan anak kecil yang udik baru mencoba naik kereta, begitulah perasaanku dan suami saat itu. Bagaimana tidak, di Kalimantan Selatan tidak ada kereta, dan kami entah kapan terakhir kali naik kereta. Rasa-rasanya 10 tahun lalu adalah terakhir kali aku naik kereta, dengan rute Jakarta - Semarang PP. Sungguh waktu yang tak sebentar untuk banyak perubahan di dunia KAI. Kini pemesanan bisa melalui aplikasi, tak heran aku dan suami duduk terpisah di kereta karena kami memesan last minute, hanya bisa duduk di sisa-sisa kursi yang tersedia. Tak bisa duduk bersebelahan.
Aku menikmati indahnya fajar dari kereta, merenungi banyak hal sambil sesekali mengirim pesan singkat ke suamiku tentang perjalanan kami hari ini. Aku tak banyak bicara pada orang di sekitarku karena banyak yang memilih untuk meneruskan tidur. Kulihat raut raut wajah lelah beberapa penumpang lain. Oh beginikah suasana kereta ekonomi, pikirku. Dan akhirnya kereta pun tiba, tepat waktu sesuai jadwal. Kereta ini keren juga, membuyarkan lamunan dan imajinasiku. Aku bergegas mencari suamiku yang ada di gerbong sebelah. Bergandengan tangan dan menuju pintu keluar, tak lupa, cekrek.. kuabadikan lokasi stasiun ini untuk jadi kenangan bahwa aku pernah disini.
Stasiun Probolinggo pagi hari (dok.pri) |
Menuju Pelabuhan Gili Ketapang
Menurut petunjuk tour guide, dari stasiun kami tinggal naik ojek online untuk menuju pelabuhan dan katanya sih dekat. Tapi pengemudi ojek online meminta kami berjalan agak jauh hingga perpustakaan kota. Katanya ojek online dilarang menarik penumpang di depan stasiun. Ya ampun, masih ada drama rupanya antara angkutan lokal dengan pengemudi online. Tapi ya sudahlah, lumayan aku bisa melihat bagian depan perpustakaan kebanggaan warga Probolinggo dan bagian alun-alunnya.
Perpustakaan daerah Probolinggo (dok.pri) Heran kenapa ada pipa AC di tengah2 tulisan gedungnya |
Ternyata benar, jarak pelabuhannya dekat. Tak sampai 10 menit sudah sampai, dan tak lama kemudian tour guide langsung datang menghampiriku. Kata tour guide, aku sudah ketinggalan rombongan kapal. Karena mereka sudah tiba pukul 06.00 pagi di pelabuhan dan sudah snorkeling. Fyi, paket trip probolinggo ini ga ada minimum pack, jadi bebas mau daftar berapa orang dan jam berapa, jadi ya rombongan itu seketemunya aja tetep bisa berangkat. Tapi dibatasi kalau snorkeling itu harus dibawah jam 11 pagi, jadi harus start paling lambat jam 08.00 pagi, lebih awal lebih baik. Akhirnya aku di naikkan ke kapal penumpang umum yg bercampur dengan penduduk asli Gili Ketapang dengan barang-barang dagangan mereka.
Pelabuhan Tanjung Tembaga - Probolinggo (dok.pri) |
Aroma laut bercampur dengan aroma beragam barang yang dibawa, juga aroma tubuh penduduk-penduduk lokal. Yang muda mudi ada yang wangi, ada juga yang bau badan seperti orang pada umumnya. Ada juga yang lansia dengan aroma kayu putih dan menggunakan koyo. Ada yg duduk rapi bersila, ada yang selonjor yang kakinya kemana-mana. Aku? Berasa asli penduduk lokal juga tetap duduk tenang bersila berdekatan dengan suami yang terdesak ke tepian. Kami memilih duduk diatas atap kapal ketimbang di dalam, karena aku pikir kalau ada aroma-aroma tak sedap, diatas lebih mudah netral terkena terpaan angin.
Duduk diatas kapal Gili Ketapang Waktu belum penuh (dok.pri) |
Perjalanan agak lama karena bermacam halangan, yang nunggu kapal penuh lah, pas baru jalan sedikit tiba-tiba ada tongkang masuk area pelabuhan sehingga semua kapal kecil dilarang berselisihan, jadi harus tertahan lagi. Matahari kian meninggi, ah.. apakah snorkelingku akan menyenangkan jika sesiang ini, pikirku. Tapi mau gimana lagi, masa pulang sih, hahaha. Show must go on..
Snorkeling Gili Ketapang
Alhamdulillah perjalanan tidak lama. Ketika sudah mencium aroma pasir pantai, dan terlihat warna air yang tadinya biru tua kini menjadi biru torquise, aku tau bahwa inilah Gili Ketapang. Ternyata kapal penumpang ini berbeda labuhannya dengan para turis yang mau snorkeling. Kira-kira 2 meter mendekat ke garis pantai, kapal sudah tidak bisa merapat lagi, jadi kami harus lompat dan berjalan ke pantainya. Oh my God, aku pake gamis, harus melompat dan jalan ke tepian. Baiklah, sudah kepalang tanggung, I have no choice, hahaha...
Ujung Pantai Gili Ketapang (dok.pri) Tempat aku 'dipaksa' turun dari kapal 😂 |
Setelah pakaian ku tercelup hampir sampai lutut, aku langsung menepi disambut tour guide aku. Kebetulan bareng aku ada juga pemuda yang sedang traveling sendirian, dia disambut oleh tour guidenya sendiri. Oh pasti kita beda travel agent, pikirku. Aku langsung bergegas ganti baju renang, dan menuju titik snorkeling. Sebelum menuju tempat kapal snorkeling, guide menanyakan aku apakah aku ingin menu makan siang tambahan.
Menurutku, untuk harga paket 100k per orang yang sudah include kapal PP, dokumentasi, snorkeling dan makan siang dengan menu ikan bakar, itu cukup. Tapi ternyata suamiku ingin mencoba menu lain, di tawarkan cumi, kerapu dan bawal. Aku memilih bawal dan cumi saja karena aku alergi kerapu. Sedangkan paket awal yaitu peda bakar tetap aku dapat juga. Pemesanan dilakukan di awal, agar selesai snorkeling nanti makanan sudah matang dan siap santap.
Setelah menuju kapal, ternyata di kapal aku bertemu dengan pemuda yang sendirian tadi, dan ada juga 2 turis lain. Rupanya meski beda travel agent, berangkatnya digabung karena cuma bawa sedikit turis. Beda kalau rombongan, pasti 1 kapal khusus 1 travel agent. Karena kapal yang aku tumpangi sepertinya cuma muat 10-15 penumpang deh.
Persiapan Snorkeling (dokpri) |
Lucunya ternyata lokasi titik snorkeling dengan pelabuhan itu gak jauh. Ibarat kata, aku renang sendiri balik ke bibir pantai juga bisa sih, gak sampai pingsan lah jaraknya hehehe.
Bagaimana underwater Gili Ketapang?
Awal snorkeling, aku tak banyak melihat ikan kecil, tapi kuakui memang underwaternya bersih. Jadi yang kuliat benar-benar dasar air dan ikan, tak ada sampah-sampah laut. Petugas snorkeling kemudian menginfokan dimana spot-spot foto mainstream di Gili ketapang dan mengajari kami bagaimana agar bisa menyelam untuk di foto di underwater tanpa oksigen dan bisa tenggelam. Ya namanya juga snorkeling, bukan diving kan, mana ada pakai oksigen. Ternyata ada satu petugas yang tugasnya memfoto kita di dasar air, dan satu petugas lagi bertugas melepas pelampung kita dan mendorong kita sekuatnya hingga tiba di dasar untuk melihat underwater sambil berfoto. Hal itu bisa dilakukan berulang-ulang sesuai kuatnya kita dan sampai dapat pose yang bagus. Dan petugas juga memastikan orang yang tidak bisa berenang pun bisa melakukan ini, jangan khawatir kalau anda tak bisa berenang.
Aku pribadi bisa snorkeling sampai ke bawah itu 2x, sedangkan suamiku berkali-kali karena beberapa kali gagal take foto. Beliau tidak kuat melawan tekanan air hingga terus menerus terdorong ke permukaan. Harusnya yang mudah mengapung itu kan aku ya karena badannya lebih ringan, tapi entahlah, apakah efek air laut yang melawan berat badan suamiku lebih kuat, hahaha...
Bertemu Nemo di Gili Ketapang (dok.pri) |
Ikan di underwater Gili Ketapang tak terlalu banyak, terumbu karang pun tak banyak tapi alhamdulillah di spot-spot foto itu ada nemo dan dori, ikan kecil kesukaan aku. Terus ada tumbuhan laut yang bentuknya seperti karpet cendol itu loh, yang kalau dipegang seperti memegang teksture beludru. Rasanya ingin ku sentuh semua, tapi ya sulit aku cuma mampu bertahan sekian detik di bawah air dan kupingku sudah terasa sakit. Apalagi aku melakukannya berulang-ulang.
Di akhir sesi foto-foto ada yang kami foto berdua, ada juga sesi merekam video, jadi tak sekedar foto. Wah petugasnya baik deh, nawarin video dan mau take berulang-ulang, terus sesudahnya pun mereka membiarkan kami snorkeling sampai capek, sampai kami mau naik sendiri ke kapal. pokoknya seneng sih sama layanan petugasnya, sampai selesai snorkeling itu, aku yang minta sendiri karena dah capek, emang dasarnya bukan habitat kita ya paling mentok sejam dua jam kita dah capek pengen naik ke permukaan daratan. Tak lupa take banyak foto pas udah naik ke daratan kembali.
Gili ketapang snorkeling spot (dok.pri) |
Perjalanan pulang dari Gili Ketapang
Sebelum pulang, tentu saja aku menikmati makan siangku. Mau reviewnya? Oke, kalau menurutku, makan siangku enak banget, bumbunya meresap, pas di lidah, sambelnya enak pedes tapi pedesnya pas nggak lebay deh. Tak lupa ditemani es teh, hehehe..orang Indonesia emang doyan makan ditemani es teh meski dibilang gak sehat, tetep aku suka makan sambil es teh. Intinya semua makanan enak dan habis.
Bawal, cumi dan peda, Masyaallah enak |
Ketika ingin pulang, ternyata uda sore kami kehabisan kapal, tak ada kapal yang kembali ke dermaga Probolinggo. Pun dengan pemuda-pemuda yang bareng kami tadi ternyata mereka tidak pulang, menginap di pulau itu. Akhirnya tour guide menawarkan kami naik speedboat private, yang di banderol 300k, suamiku mau-mau aja lagi, padahal kalau aku pribadi, harusnya itu tanggung jawab travel untuk mencarikan kami armada pulang, kan kita bayar sudah sepaket. Dan begitu kami memutuskan oke naik speed boat, eh ada travel lain yang mau menitipkan pemuda-pemuda tadi untuk numpang di speedboat kami tadi dengan membayar 10k. Ya aku ogah lah, aku bayar speedboat 300k masa dia nebeng bayar 10K. Bukan masalah gak mau nolong dan masalah uangnya juga, tapi itu kan tanggung jawab travelnya dia sendiri buat carikan beliau armada pulang, kok di titipin ke kapal yang aku sewa pribadi. Itu speedboat ukurannya kecil pula, aku pengen privacy berdua suamiku aja. Ngapain bayar mahal kalo gak dapat privacy.
Syukurnya petugas travel juga gak maksa, beliau mengutamakan kenyamanan aku saja sebagai turis mereka. Jadilah kami naik speed boat berdua, kita bikin romantis aja di tengah deburan ombak laut yang dipecah oleh ujung speedboat tadi. Masyaallah tabarakallah, nikmat Allah mana yang di dustakan. Aroma laut dan panasnya laut ini aku benar-benar suka.
Cepat sekali tiba di pelabuhan probolinggo, paling 15-20 menit saja. Karena sudah sore kami memutuskan menikmati jalan lebih santai dengan naik becak saja, toh jadwal keberangkatan kereta kami masih agak lama. Pun perjalanan tak lama, 15 menit dan tarifnya 20k. Itu tarif seikhlas aku aja, karena si bapak tidak menyebut berapa, katanya terserah saja. Jadi kusamakan dengan tarif mobil online seperti pas aku berangkat tadi.
Di pelabuhan aku menyempatkan diri beli buah yang katanya sawo putih, di daerahku tidak ada dan bagi kami unik juga. Jadi kami memilih beli 2 kg untuk membawakan anak-anak, harganya terjangkau hanya 10K per kg. Penjualnya bilang nama umumnya di Probolinggo adalah Menicu atau Kenitu. Andai tidak berat dan mudah penyok (namanya juga sawo) mungkin aku sudah membeli lebih banyak lagi.
Bawa pulang Sawo putih ke kalimantan Kenitu atau menicu 10K/kg |
Karena tiba terlalu dini, masih lama di stasiun aku memilih untuk beli oleh-oleh di sekitar stasiun, cek di google maps. Padahal dalam stasiun juga ada kok penjual oleh-oleh tapi menurutku mahal, mungkin karena packagingnya bagus dan lebih kekinian. Harga oleh-oleh di luar stasiun lebih affordable untuk dibeli.
Satu hal yang menarik di stasiun Probolinggo adalah orang-orang yang akan naik kereta ataupun tiba, itu dominan bule alias turis mancanegara. Dari bule yang rambutnya blonde pirang, latin, sampai bule asia seperti Jepang dan Korea. Mereka tetap dengan pakaian casual ala negaranya masing-masing dan aku yakin sekali mereka baru saja dari gunung Bromo. Karena membawa backpack yang superbesar ala-ala anak gunung. Seru juga ya liat para bule ini, dan saking banyaknya aku seperti berasa di stasiun luar negeri. Yang warga lokal itu sedikit menurutku, tak sampai setengah isi stasiun. Tapi tetap aku belum ingin ke Bromo sih, aku kam lebih suka laut daripada gunung hehehe...
Probolinggo, sampai jumpa lagi (dok.pri) |
Perjalanan pulang ini aku lebih memilih kereta eksekutif, ya setelah berlelah ria, enaknya memang santai di kereta yang isinya cuma sedikit, tidak sebanyak penumpang kereta ekonomi subuh tadi. Wajarlah, kereta ekonomi subuh isinya pasti para pencari nafkah, lalau uda malam begini, mungkin tinggal sisa-sisanya.
Bagaimana kesimpulannya hari ini? menyenangkan, seru, ya.. memang tak ada perjalanan yang sempurna, ada aja kurangnya tapi bagiku, untuk paket wisata semurah ini, worth it. Extra pembayaran ini itu yang kami keluarkan itu kan sifatnya opsional.
No comments
Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan saya, Semoga bermanfaat. Ambil baiknya tinggalkan buruknya. Silakan tinggalkan komen yang santun ya tapi jangan tinggalin link hidup dan jangan berkomentar anonim ya. Apalah arti tulisan saya tanpa kehadiran kalian..